Tanaman kayu putih (Melalauca
leucadendron Linn.) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang
penting bagi industri minyak atsiri di Indonesia. Tanaman kayu putih merupakan
salah satu tanaman penghasil produk hasil hutan bukan kayu yang memiliki
prospek cukup baik untuk dikembangkan. Potensi tanaman kayu putih di Indonesia
cukup besar mulai dari daerah Maluku salah satunya di desa Hunut dusun Kate –
kate. Tanaman kayu putih merupakan salah satu keluarga
Myrtaceae dengan bentuk berupa pohon yang tingginya dapat mencapai 30 meter
tetapi tinggi rata – ratanya sekitar 12 meter.
Dari hasil yang di dapatkan yaitu pada proses destilasi di
daerah Hunut dusun kate – kate, tanaman minyak kayu putih mempunyai batang
pohon tidak terlalu besar, dengan percabangan yang menggantung kebawah. Daun
tunggal, agak tebal seperti kulit, bertangkai pendek, letak berseling. Helaian
daun berbentuk jorong atau lanset, panjang 4,5-15 cm, lebar 0,75-4 cm, ujung
dan pangkalnya runcing, tepi rata, tulang daun hampir sejajar. Permukaan daun
berambut, warna hijau kelabu sampai hijau kecoklatan, Daun bila diremas atau
dimemarkan berbau minyak kayu putih. Perbungaan majemuk bentuk bulir, bunga
berbentuk seperti lonceng, daun mahkota warna putih, kepala putik berwarna
putih kekuningan, keluar di ujung percabangan. Daun minyak kayu putih memiliki
bentuk daun menyerupai daun akkasia. Dalam proses destilasi tersebut daun minyak
kayu putih yang digunakan ialah daun minyak kayu putih yang berasal dari daerah
Suli yang dibeli dengan harga Rp 700/kg dimana bahan yang digunakan dicampur
antara yang layu dan yang segar. Berdasarkan hasil wawancara bahwa daun yang
dipetik biasanya disimpan 4 – 5 hari. Selain itu daun minyak kayu putih tidak
boleh ditaruh dibawa sinar matahari karena akan menguap jadi diangin-anginkan
saja serta jika daun yang penyimpanannya disimpan didalam karung maka akan
mengalami proses hidrolisis yang akan mempengaruhi kandungan minyak. Mutu
minyak kayu putih yang baik ialah minyak yang menetes pada 3 – 4 jam setelah
tetesan pertama.
Dalam proses destilasi jumlah daun minyak kayu
putih yang digunakan ialah sebanyak 250 kg yang pada penanganannya harus diacak
– acak agar daun minyak kayu putih tersebut tidak menggumpal pada saat
pemasukkan daun ke ketel sehingga proses destilasi berjalan dengan baik.
Disamping itu, pada penanganan daun minyak kayu putih ini tidak dilakukan
pelayuan dan pengecilan ukuran pada minyak kayu putih disebabkan karena akan
memperlambat waktu yang dibutuh untuk dilakukannya proses destilasi.
Dalam praktek di daerah Hunut ini, digunakan
air destilasi yang berasal dari kali didekat tempat praktek tersebut. Air tersebut
diambil menggunakan pipa dimana pada air didekat kali tersebut bersih dan
jernih. Dalam proses destilasi ini mengunakan air sebanyak 40 gayung.
Alat destilasi yang digunakan terbuat dari
stainless steel dikarenakan bahan tersebut tidak mudak mengalami pengkaratan
serta tidak mempengaruhi kualitas dari minyak kayu putih tersebut. Pada proses
destilasi itu sendiri membutuhkan waktu 9 jam dengan 3 jam pemanasan dan 6 jam
ialah proses pelelehan minyak. Daun minyak kayu putih sebanyak 200 kg dimasukkan
kedalam ketel yang telah dimasukkan air sebanyak 40 gayung dengan angsang
sebagai pemisah antara air dan daun kayu putih tersebut. Setelah itu api
dinyalakan dengan kayu sebagai bahan bakar proses destilasi. Api sangat
berpengaruh dalam proses destilasi ini karena dengan api yang menyala dengan
baik ini akan mempercepat proses destilasi tersebut. Setelah proses destilasi
berjalan, daun kayu putih akan mengalami penguapan yang disebabkan oleh adanya
panas dari uap air sehingga komponen kayu putih yaitu cineol terangkat oleh
adanya proses penguapan tersebut. Sesudah komponen – komponen tersebut
terangkat, maka setelah itu mengalami proses pendinginan dengan adanya
kondensor. Kondensor ini juga terbuat dari stainless steel dan mempunyai pipa
kondensor berbentuk spiral. Hasil tetesan akan ditampung di sebuah wadah dimana
air dan minyak terpisah diakibatkan massa jenis air lebih berat sehingga air
diatas dan minyak dibawah. Minyak yang dihasilkan ini tergantung juga pada
cuaca, ketika hujan minyak yang dihasilkan biasanya paling tinggi ialah 1800 kg
sedangkan pada musim panas bisa mencapai 2000 kg dikarenakan pada waktu hujan
daun minyak kayu putih memiliki kadar air yang banyak.
Dari Hasil yang didapatkan, minyak kayu putih di desa hunut dusun kate - kate memiliki rendemen sebesar 1,6 dengan jumlah bahan 250 kg sedangkan pada SNI telah ditentukan untuk rendemen untuk 100 kg 1,5. jdi kesimpulannya ialah minyak kayu putih tersebut kurang baik.